Setali tiga uang - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
Saya langsung berjalan menuju body yang indah itu. Saya langsung menuju payudaranya dan menciuminya.
"Ohh.. enak banget sayang.. terus jilat susu gue.. eehh.. iihh..", katanya sedikit mendesah.
Tiba-tiba saya berhenti menciumi payudaranya dan tersenyum padanya.
"Eitt.. mandi dulu donk..", kataku.
"Gus kamu jahat banget.. kan tanggung..", katanya sedikit merengek.
"Ntar aja abis mandi.. Mbak nanti saya puasin dari ujung rambut sampe ujung kaki..", kataku membujuknya supaya mandi.
"Janji ya Gus.. pokonya kalau gue gak di apa-apain abis mandi.. gue teriak keluar kamar..", katanya.
"Iya.. masa bo'ong sih.. nih liat.. dia aja bilang mau..", kataku sambil membuka handuk dan memperlihatkan penis saya yang sudah menegang. Mbak Susi tersenyum manja, lalu pergi ke kamar mandi. Dan terdengarlah bunyi shower dari dalamnya.

Saya menunggunya sambil menonton TV. Lalu saya menyiapkan kondom yang selalu saya bawa setiap saat, dan ternyata ada gunanya juga. Setelah beberapa saat saya menunggu, Mbak Susi keluar dari kamar mandi. Ia hanya melilitkan handuk di sekeliling badannya. Karena handuknya tidak terlalu besar maka yang tertutup hanya setengah payudaranya sampai ke pahanya, persis di bawah selangkangannya. Dengan rambut yang agak basah, ia tersenyum padaku.

"Gus.. udah nih.. udah bersih..", katanya sambil berjalan mendekati kasur.

Melihat pemandangan itu, badan saya langsung memanas. Jantung saya berdebar cepat dan badan saya memerah. Mbak Susi terlihat sangat seksi dan membuat saya bernafsu pada saat itu. Setelah mendekati saya, Mbak Susi langsung membuka handuknya. Ia langsung naik ke atas badanku yang pada saat itu sedang terbaring sambil menonton TV. Badannya menghalangi pandangan saya. Tetapi badannya lebih bagus dan acara di TV pun pasti kalah. Saya berpura-pura untuk terus menyaksikan acara TV.

"Gus.. kamu mau nonton ya? kamu gak mau sama bodyku..", katanya sambil memegang kedua payudaranya dengan kedua tangannya.

Tanpa aba-aba, tangan saya langsung menarik kepalanya. Kami langsung berciuman. Kami melakukannya dengan sangat liar. Seperti biasa lidah kami bertemu dan saling mengisi setiap ruang mulut kami berdua. Tangannya langsung membuka setiap kancing kemejaku. Lalu dia menciumi leher, dada hingga menuju perut saya.

"Wuihh.. dada kamu ok juga Gus.. seksi juga..", katanya sambil memperhatikan dada bidang saya.
"Dada Mbak juga seksi..", kataku sambil berusaha mencium salah satunya.

Setelah sampai pada salahsatu payudaranya, saya langsung melumatnya, menciumnya, mempermainkannya dengan lidah saya, dan kadang agak saya gigit sedikit puting payudara itu. Sedang payudara yang lain tidak luput dari remasan tanganku.

"Ahh.. gii.. la.. ehhmm.. gila.. shh.. ehmm.. teruss.. oohh.. gii.. la..", desahnya.
"Gus.. isep.. terus.. iss.. ep.. di.. di.. ujung.. uuhh.. gi.. la.. ehheehh.. aaw..", desahnya lagi.

Dari mulutnya banyak terdengar kata "Gila", makanya saya sedikit hapal desahannya. Payudaranya yang lain saya perlakukan sama. Lalu badanku didorongnya ke ranjang dan masih tetap Mbak Susi berada di atas saya. Tangannya langsung menuju ke arah jins saya. Setelah terbuka, tangannya secara kasar langsung masuk ke dalam CD saya dan langsung menarik keluar penisku yang sudah menegang dan keras. Penisku langsung di kulumnya, di dalam mulutnya penisku dipermainkannya. Kadang diisap, dijilat, dan dan perlakuan lainnya yang membuat saya keenakan dan lupa segalanya.

"Iyah.. terus Mbak.. mmhhmm..", desahku atas pelakuannya itu.

Sesekali matanya melirik ke arahku sambil terus menciumi penis saya. Tangannya juga mengocok pangkal penisku yang membuat badanku bergetar dan bergerak ke kanan dan kiri. Setelah beberapa lama penisku dilepasnya.

"Kamu doyan yah.. mau lagi gak?", katanya sambil merayu.
"Siapa yang gak doyan Mbak? enak banget rasanya.. pasti mau donk..", kataku.
"Kamu koq gak keluar-keluar sih? kamu kuat juga kalo di sepong..", katanya.

Mendengar kata itu saya sedikit tersenyum, baru kali ini saya mendengarnya darinya.

"Kalo digituin sih saya kuat Mbak.. tapi kalo kontol saya masuk ke memek.. wuihh gak tau deh.. gak kuat kali..", jawabku sambil merayunya.

Setelah kami berdua telanjang, Mbak Susi langsung menarik badan saya ke arahnya. Sekarang posisi saya berada si atasnya.

"Nah sekarang giliran gue donk Gus.. tadi kan Agus udah..", katanya.
"Ok Mbak.. selamat menikmati..", kataku sambil merayunya dengan basa-basi.
"Puasin gue sayang..", katanya sambil memejamkan matanya.

Seperti biasa pertama saya menciumnya dengan liar. Seluruh wajahnya tidak ada yang luput dari ciumanku. Lalu seluruh pemukaan leher saya jilat dan cium.

"Ohh.. gi.. la.. nikmat.. terus.. geli.. mmhh..", desahnya.

Kemudian saya cium bagian telinganya. Badan Mbak Susi mulai bergetar dan bergerak-gerak. Pada waktu saya menciumi bagian belakang telinganya, gerakan badannya bertambah kencang dan kepalanya seperti berusaha menutupi bagian itu.

"Gus.. geli.. sshh.. gi.. la.. ehheehh..", desahnya sambil badannya bergerak-gerak.
"Terus.. hheehh.. ennak.. aahh.. hhii.. hi.. hi.. sshh.. udah.. udah.. say..", katanya sambil mendorong badanku.
"Gus.. jangan.. disitu terus.. geli.. tuh liat memek gue.. banjirr..", katanya sambil menyuruhku memegang daerah sekitar vaginanya. Dan memang sudah basah sekali, disekitar vaginanya banyak cairan bening yang membuat tangan saya terasa licin pada saat memegang vaginanya. Dan tanpa aba-aba saya langsung menciumi dadanya, menghisap, mengulum dan menjilati seluruh permukaan payudaranya.
"Oohh.. isep yang kenceng.. mmhhmm.. gila.. enn.. akk.. aduh copot deh susu gue.. aahh..", katanya sambil terus mendesah.

Saya sengaja berlama-lama disekitar payudaranya. Mbak Susi semakin menggila dan sesekali berteriak-teriak kecil yang membuat saya semakin bernafsu. Seluruh permukaan payudaranya terlihat sangat basah oleh perbuatan saya. Teriakannya semakin keras dan membuat saya sedikit was-was apabila sampai terdengar sampai kaluar kamar. Dan untuk menutupi mulutnya yang suka berteriak itu, saya sesekali melumat bibirnya dengan ciuman dan tak lupa tangan saya mulai menelisuri seluruh permukaan vaginanya. Seluruh telapak tangan saya sudah basah dan terasa licin.

Mbak Susi kemudian menarik tangan saya lalu menjilati tangan saya yang penuh dengan cairan bening dari vaginanya. Tangan saya diperlakukan seperti permen dan Mbak Susi terus menjilati tangan saya sampai cairan itu habis. Badan Mbak Susi seperti menegang dan dengan satu teriakan kecil ia mengalami orgasme. Seperti biasa punggung saya tidak lepas dari cakarannya dan terasa sangat perih bercampur keringat.

"Ahh.. ehhmmeehh.. gue.. dapeet..", desahnya sambil merasakan cairannya keluar dari vaginanya.

Saya mendiamkan badannya beberapa saat untuk memberi waktu padanya untuk merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Setelah itu saya turun dan menciumi bagian perut hingga menuju selangkangannya. Saya sesekali menciumi bagian pahanya dan terlihat badan Mbak Susi sedikit begerak ke kanan dan kiri. Tangannya kemudian menjambak rambut saya dengan keras lalu kepala saya diarahkan ke bagian yang lebih nikmat, VAGINA.. Saya mulai menjilat seluruh permukaan vaginanya, saya hisap-hisap klitorisnya dan mempermainkannya dengan lidah saya. Lubang vaginanya juga saya jilat dan sesekali memasukkan lidah saya ke dalamnya.

"Uhh ennak.. ahh.. ahh.. hhaa.. aahh.. eehhee.. gi.. llaa.. auwww.. oohh..", seperti itu teriakannya.

Hal itu saya lakukan beberapa saat sampai ia puas.

"Say.. cepet masukin kontol lu.. cepet.. kayanya bentar lagi gue mati keenakan nih.. cepet yah..", katanya dengan sedikit gemas.

Sebenarnya saya tidak mau melakukannya, tetapi melihat wajahnya yang sudah tidak berdaya lalu saya menuruti permintaannya. Saya mengambil kondom yang ada pada dompet di celana saya, lalu memasangnya. Pada waktu akan saya pasang, Mbak Susi bangun dan mendekati saya.

"Sini.. gue yang pasangin..", katanya sambil mengambil kondom itu dari tangan saya.

Pada waktu akan dipasangkan, Mbak Susi mengulum dan menciumi penis saya terlebih dahulu lalu memasangkan kondom itu ke penis saya. Saya baru pertama kali merasakan teknik memasang kondom seperti itu, Nikmat Man..

Lalu saya rebahkan badannya dan saya naik ke atasnya. Saya dekatkan penis saya ke vaginanya. Saya gosok penis saya ke permukaan vaginanya agar penis saya terkena cairannya agar licin. Setelah itu saya arahkan penis saya ke lubangnya sambil kedua tangan saya melebarkan permukaan vagina itu agar terbuka dan mudah masuk. Penis saya masuk secara perlahan dan pada waktu kira-kira setengahnya, saya berhenti.

"Say.. kenapa.. cepet kontol kamu tancepin semua ke dalem memekku.. yang dalem.. terus genjot yang kenceng banget yahh..", katanya.
Saya masukan lagi penis saya sampai masuk semua, lalu saya berhenti lagi.
"Ehh.. iyahh.. cepet genjot.. sampe mentok.. mmhhmm.. sampe.. en.. akk..", katanya.

Mendengar itu saya tertantang dan langsung menggenjot penis saya di dalam vaginanya, saya melakukannya dengan cepat dan bertenaga.

"Auwww.. auwww.. oohh.. auwww.. sshhss.. mmhhmm.. auwww..", desahnya sambil berteriak. Mendengar itu saya berhenti.
"Ehh.. Mbak.. sakit ya.. kasar ya?", tanyaku karena mendengar teriakannya.
"Lu goblok.. kenapa.. berhenti.. tolol.. tadi enak banget.. udah cepet dorong lagi kontol lu ke memekku..", katanya agak kasar.

Mendengar kata kasarnya itu saya langsung memasukan penis saya ke vaginanya tetapi sekarang dengan kasar dan cepat.

"Ahh.. kasar.. amm.. at.. tapi.. enn.. akk.. ehhmm..", katanya merespon perlakuanku tadi.

Saya mendorong penis saya keluar masuk tanpa henti dan dengan sedikit kasar. Tetapi yang saya heran Mbak Susi malah terus berteriak sambil sesekali tersenyum padaku.

"Gila nih tante-tante. Kaya gini doyan dikasarin, ketawa lagi doi.." Kataku dalam hati.

Setelah beberapa saat, penis saya terasa seperti akan ada yang keluar dari dalamnya.

"Mbak.. saya bentar lagi mau keluar nih..", kataku.
"Sama.. eehh.. gue juga..", katanya.

Tiba-tiba Mbak Susi bangun dan badannya berputar membelakangi saya. Pantatnya menonggeng dan kepalanya direbahkan ke kasur. Rupanya ia menginginkan "Dog style".

"Gus sekarang buka kondom lu terus masukin kontol lu ke memek gue, gue mau lu keluarin di dalem memekku, gue mau rasain sperma lu di dalem memek.." Katanya.
"Mbak gak mau ah, entar jadi loh, kalo hamil gimana?", tanyaku.
"Gak koq, gue gak subur, tenang aja, gue udah pengalaman, gue bersih koq.. gak ada penyakitnya..", katanya meyakinkan saya.
"Gue rajin ke dokter..", tambahnya.

Mendengar itu saya lega dan mulai melepaskan kondom pada penis saya. Saya langsung mengarahkan penis saya ke vaginanya dan langsung memasukkannya hingga amblas. Lalu mulai terasa lagi sepertinya saya akan mengakhiri permainan itu.

"Mbak saya.. eehh.. mau kaluar..", kataku sambil menahan rasa itu.
"Gue juga.. mmhhmm.. tembak.. ajahh.. yang.. dal.. dal.. emmhh..", katanya.

Gerakan saya semakin cepat dan akhirnya datang juga rasa yang saya tunggu-tunggu. Saya dorong penis saya sedalam-dalamnya di vaginanya. Penis saya berdenyut-denyut dan langsung meledak dan menyemburkan sperma berkali-kali. Sperma saya langsung memenuhi seluruh rongga vaginanya dan saya merasakan hal yang luar biasa nikmat. Penis saya seperti ada yang menyiramnya dengan cairan hangat. Cairan kami berdua terasa menyatu dan memenuhi ruang vagina Mbak Susi. Kami berdua mendesah dan berteriak puas pada saat itu. Setelah seluruh sperma saya keluarkan, langsung mencabut penis saya dan berbaring di di sebelahnya. Tetapi badan Mbak Susi masih menungging.

"Mbak kenapa masih nungging?", tanyaku.
"Biar sperma kamu masuk lebih dalem, tuh lagi ngalir.. anget lagi..", katanya sambil tersenyum menggodaku.

Lalu badanya direbahkan di atas saya dan kami berciuman lagi beberapa saat merayakan kemenangan yang telah kami peroleh, kenikmatan..

Lalu kami berdua mandi dan tentu saja kami masih melakukan hal itu. Yang saya ingat di dalam kamar mandi, saya duduk di atas WC lalu Mbak Susi menduduki paha saya dengan posisi berhadapan dan tentu saja penis saya tertancap sempurna di dalam vaginanya. Pada waktu itu kami berdua merasakan kenikmatan seperti itu lagi.

Setelah itu kami pulang dan saya ingat Mbak Susi tidak mengenakan BH dan CD nya. Lalu saya diantarkan pulang ke Bogor dan Mbak Susi langsung pulang kembali ke Jakarta. Sebelumnya saya diberi sebuah amplop dan ia menyuruh saya membukanya apabila saya telah tiba di rumah. Saya diwanti-wanti olehnya suatu saat dia membutuhkan saya, maka dia akan menjemput saya seperti biasa si rumah Teh Endang. Hal ini telah diketahui oleh Teh Endang. Setelah saya buka amplop itu ternyata berisi satu lembar uang dollar dan nilainya adalah rahasia, maaf.

Setelah saya pikir-pikir, saya menjadi tergila-gila dengan wanita yang lebih tua dari saya, karena menurut saya mereka lebih mengerti arti kepuasan..

Nah, saya sudah menceritakan pengalaman saya yang lainnya. Sebenarnya pengalaman saya dengan Teh Endang, tidak lupa si Yuyun, apalagi Mbak Susi tidak sampai di situ saja. Lain kali saya akan ceritakan pengalaman saya yang lainnya, baik seputar mereka maupun dengan wanita lain yang tentunya berumur lebih tua dari saya.

Apabila ada saran, kritik pedas, atau ingin berkenalan dengan saya, bahkan banyak yang berkonsultasi pada saya seputar sex, bisa langsung menghibungi e-mail saya, dan saya akan membalas setiap respon anda sekalian. Kritik pedas akan saya terima dengan lapang dada (tidak dendam) dan sebelum-sesudahnya saya ucapkan terima kasih.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Setali tiga uang - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald